Review Film: My Best Friend (2018)

 

source: www.youtube.com


Halo, teman-teman! Baru beberapa hari yang lalu saya nulis resensi film dan sekarang mau nulis resensi film lagi ahaha. Akhir-akhir ini saya jadi lebih sering nonton di waktu luang alih-alih menulis karena sedang rada-rada terkena writer's block. Jadi daripada saya cuma bisa bengong menatap layar laptop karena susah setengah mati untuk melanjutkan cerita yang sekarang sedang saya kerjakan, maka saya pikir lebih baik nonton film saja karena siapa tahu juga bisa mendapat insight. Menulis review begini juga sekalian membuat saya untuk setidaknya, ya, menulis.

Mungkin di kemudian hari saya juga akan menulis review lagi mengenai, ya, ada beberapa film ataupun series yang sebenarnya sudah lama saya tonton, tapi belum pernah terpikir untuk menulis review-nya.

Omong-omong, film "Mi Mejor Amigo" ini juga adalah film lama, tapi juga sayangnya baru saya tonton. Hehe, peace. Film ini berasal dari Argentina dan dirilis tahun 2018. Berikut rincian mengenai film-nya:


Judul
Mi Mejor Amigo (Original title), My Best Friend (Alternative English title)
Tanggal rilis
08 November 2018
Durasi
91 menit
Genre
Drama, Friendship, Romance 
Sutradara
Martin Deus
Negara
Argentina
Produksi
Pensa & Rocca Cine
Oh My Gomez! Film



Pemeran Utama



source: infobae.com

Angelo Mutti Spinetta sebagai Lorenzo




source: imdb.com

Lautaro Rodriguez sebagai Caito




Sinopsis


source: imdb.com

Caito, anak dari Carlos (teman ayahnya Lorenzo), dititipkan untuk menumpang di rumah keluarga Lorenzo karena alasan bahwa keluarga Carlos sedang mengalami "insiden" (yang mana tidak dijelaskan Carlos lebih lanjut). Dia hanya bilang bahwa ingin menitipkan putranya sampai "keadaan lebih tenang". Keluarga Lorenzo sendiri, terutama Ibu Lorenzo, sebenarnya merasa agak keberatan mengingat Carlos punya reputasi buruk karena dia adalah pecandu dan bahkan pernah jeblos ke penjara sebelumnya. Namun, pada akhirnya mereka mencoba untuk menyambut kedatangan Caito dengan positif.

Caito adalah anak yang ... well, agak problematik. Ayah Lorenzo mempekerjakan Caito di bengkel kayu milik temannya agar setidaknya anak itu punya kesibukan. Ibu Lorenzo juga sering memperingatkan  bahwa Caito harus mengikuti aturan di rumah keluarga Lorenzo, yang jelas-jelas berbeda dengan bagaimana cara Caito dibesarkan.

Singkatnya, banyak pertentangan yang dialami Caito dengan keluarga Lorenzo. Lorenzo sendiri diamanatkan ibu dan ayahnya untuk mengawasi tingkah laku Caito. Lorenzo yang selalu berusaha untuk menasehati dan mencegah Caito agar tidak masuk ke dalam masalah. Tentu saja, Lorenzo dan Caito juga sering berdebat. Mereka punya kepribadian yang sama sekali bertolak belakang. Lorenzo adalah tipikal geek yang suka membaca literatur dan bermain gitar klasik sementara Caito lebih seperti troublemaker yang suka berperilaku seenak jidat dan bepergian semaunya.

Terlepas dari semua itu, dan melalui semua itu, Caito dan Lorenzo bertahap menjadi dekat dan membentuk pertemanan yang bisa dibilang erat, karena pada akhirnya Caito begitu mempercayai Lorenzo sampai ia memberitahu rahasia besar, yaitu alasan kenapa ia harus dititipkan di rumah keluarga Lorenzo saat itu.




Ulasan Pribadi

[! - the following content contain spoiler - !]


Film ini punya ending yang menyebalkan, berhubung saya bukan penggemar sad ending (sike, major spoiler there), tapi jalan ceritanya sungguh realistis dan mudah diterima nalar. Seperti ayahnya, Caito juga adalah pecandu. Seperti ayahnya, Caito adalah biang masalah. Dan tobat bukan perkara mudah. 

Mungkin beberapa dari kalian, seperti saya, akan sebal melihat bagaimana orang tua Lorenzo kelewat curigaan terhadap Caito. Tapi terkadang, orang tua memang lebih bijaksana. Mereka jarang salah. Dan bocah bau kencur seperti kita hanya bisa tersadar ketika semuanya sudah terjadi. Though, I dunno if that is quite the case to describe Lorenzo and Caito.

Padahal, alur perkembangan hubungan mereka saya demen banget. Dua orang yang berbeda, awalnya terpaksa menoleransi satu sama lain, tapi setahap demi setahap akhirnya pertemanan mereka tumbuh dengan baik. Prosesnya menyenangkan buat ditonton. Oh iya, saya juga suka dengan background bahwa dulunya keluarga Lorenzo barangkali bertetangga dengan Carlos. Itu berarti Lorenzo dan Caito sempat menjadi teman masa kecil.


source: youtube.com

Tapi serius, saya harus fangiriling-an tentang betapa mereka lucu banget. Apalagi di adegan ketika setiap pagi Lorenzo harus bersusah payah untuk membangunkan Caito, bahkan terkadang sampai harus menyeret kasurnya. Terus di adegan super gemas di mana Lorenzo menginterupsi sarapan Caito karena mereka sudah keburu telat dan langsung menyodokkan roti begitu saja ke mulut Caito is just hshagdkgagsasjbd. Saya suka cara Caito menatap Lorenzo setengah kesal setengah tidak berdaya saat itu. Tatapan yang kayak bilang are-you-my-wife-or-something HAHAHAH.

((Menghalu tak terbatas dan melampauinya)).

Caito juga, di sisi lain, pelan-pelan mulai lebih sering nurut ke Lorenzo. Kelihatan banget di adegan pantai, ketika Lorenzo melarang dia buat berenang karena gelombang di situ terkenal bahaya. Caito, seperti biasa, tidak menghiraukan dan menyuruh Lorenzo duduk saja jika tidak ingin ikut berenang. Tapi ia akhirnya menurut ketika Lorenzo kesal dan akan cabut dari pantai itu. Caito kayak punya soft spot buat Lorenzo, aciat.

Saya suka bagaimana Lorenzo mengajak Caito untuk deep talk pertama kalinya, setelah mereka kena marah Ibu Lorenzo karena pulang terlalu larut sebelumnya. Lorenzo minta buat Caito supaya mau bercerita jika ada masalah yang mengganggunya. Lorenzo bilang kalau tidak sehat untuk menyimpan semuanya sendiri. Dan kerennya adalah Lorenzo tidak seperti ia berusaha terlalu keras buat bersimpati dengan keadaan Caito atau semacamnya. Dia cuma bilang, lugas dan gamblang, bahwa jika Caito mau cerita, dia akan ada untuk mendengarkan. He is all ears. And won't tell a single soul. Cuma itu. 

Pada akhirnya Caito membuka diri pada Lorenzo dan memberitahu rahasia terbesarnya. Bahwa dia yang membuat 'insiden' itu terjadi. Caito punya hubungan yang tidak menyenangkan dengan ibu dan saudara tirinya, sampai ke titik di mana dia diminta membayar uang sewa untuk tinggal di rumah mereka dan diusir ketika tidak mampu membayar. Suatu saat Caito kalap, memukul kepala saudara tirinya dengan batangan besi, kalau tidak salah. Ya, penjelasan persisnya bisa kalian dapatkan sendiri di filmnya.

Itu jelas perkara besar. Rahasia besar. Tapi Lorenzo teguh dengan janjinya bahwa ia tidak akan menceritakannya kepada siapa pun. Pertemanan mereka terus berlanjut. Dan tolong jangan paksa saya untuk mengomentari adegan kemah mereka karena itu sangat super duper mega ultra lucu.


source: youtube.com

Berdua doang, di alam jsjsjjssjaks. Satu tenda. JSJAKJKASJ. Oh, mereka juga berantem. Memang Caito sialan karena pura-pura tenggelam, tapi Lorenzo gemas banget waktu beneran panik dan sampai nggak bisa mikir kalau harus melepas bajunya dulu sebelum terjun ke danau buat narik Caito hahah. Tapi itu berantem yang bagus sih. Karena setelahnya mereka baikan lagi dan ikatannya semakin kuat. Lorenzo bahkan jadi tidak begitu kaku lagi dan mereka berdua merokok ganja di depan api unggun (ehe, kalau yang ini kayaknya nggak usah ditiru-tiru amat sih).

Saya nggak tahu apa itu ganja apa bukan, tapi Lorenzo terlihat high setelahnya. Meracau tidak jelas kemudian tersandung ketika berjalan. Dia teler dan Caito brengsek cuma ketawa-ketawa doang di sebelahnya. Dan saya nggak bisa, benar-benar nggak bisa, ketika Lorenzo meminta Caito untuk menutup mata kemudian menciumnya di pipi.

Saya mau nangis karena mereka lucu banget. 

Atmosfernya benar-benar ... sesuatu. Maaf ini saya benar-benar miskin kosakata. Tapi pokoknya begitu deh. Apalagi ketika Caito sempat mengintip ketika disuruh tutup mata. Dan agak aneh bilang ini, tapi saya keingat sama Riko dan Roni terus ketika melihat mereka HAHA. Bagi yang nggak tahu Riko sama Roni, mereka karakter orisinil dari cerita BL yang saya tulis di Wattpad. Judulnya "Snacking" (give it a shot if  you'd like, ehe).

Lorenzo yang kering dan kaku tapi sebenarnya luar biasa baik rasanya mirip banget sama perangai Roni. Caito juga agak mirip Riko, err sedikit. Terutama di bagian yang nggak pernah mau nurut dan suka mengancam. Adegan di mana dia mengintip ketika disuruh tutup mata dan mengancam akan mengoyak (dan ya, mengoyak) buku Lorenzo ketika anak itu ingin pulang duluan dan membawa tendanya membuat saya membatin, welp dats a very Riko things ahahah. 

Oke, skip.

Mengenai apakah hubungan Caito dan Lorenzo hanya murni platonis ataukah sebenarnya mereka punya ketertarikan romantis saya tidak bisa menyimpulkan dengan benar. Itu kayaknya bakal balik ke persepsi penonton. Tapi yang saya sendiri tangkap, Lorenzo mungkin menyukai Caito secara romantis. 

Adegan di mana Lorenzo ditanyai ibunya apakah dia mencintai Caito, Lorenzo kelihatan tidak berdaya ketika dia membantah. Dia memang tampak konsisten membantah, tapi saya curiga dia cuma menyangkal. Bukan karena takut tidak diterima ibunya. Hell, ibunya sendiri bahkan bilang tidak apa-apa dan bersedia mendengarkan jika Lorenzo ingin cerita. Menurut saya, Lorenzo tidak ingin mengaku karena dia tahu itu akan sulit. Akal sehatnya jalan. Lorenzo cerdas dan cepat menalar situasi, itu yang paling saya suka dari dia. Bukan masalah Caito itu laki-laki atau apa, tapi ia tahu Caito bukan orang yang ideal untuk disukai. Banyak masalah mengikuti laki-laki itu dan Lorenzo bukan tipe yang akan berdalih atas nama kebutaan cinta.

Saya juga semakin yakin kalau Lorenzo denial karena ketika Caito memutuskan untuk pergi dari rumah, dia mengalami break down yang, ya, lumayan. Dia nangis, meninju perabotan. Terlihat jelas tidak rela. Sedih banget. Tapi saya harus menerimanya karena ya, memang masuk akal kenapa Caito pergi.

Saudara tiri Caito (yang dihantam kepalanya itu dan juga sempat terbaring di rumah sakit) akhirnya meninggal. Caito tentu ketakutan. Itu berarti dia telah membunuh orang. Besar kemungkinan dia akan dituntut dan dipenjarakan. Dia ingin pergi dari rumah Lorenzo karena tidak ingin membuat mereka kerepotan lebih jauh lagi. Caito merasa bersalah karena keluarga Lorenzo sudah sedemikian baik padanya.

Tapi Lorenzo betul-betul memohon supaya Caito tetap tinggal. Dia bahkan bilang mereka bisa menyewa pengacara. Dia bahkan bilang Caito masih punya alibi yang cukup kuat mengenai kenapa ia sampai harus memukul saudara tirinya itu. Sayangnya, Caito tetap memilih buat pergi sih.

Bagian yang paling heartbreaking adalah setelah Caito pergi, Lorenzo mengunjungi kembali tempat-tempat yang pernah dijalaninya dengan Caito. Bar tempat mereka makan, trotoar jalan pulang, jalur-jalur yang mereka sepedai, pantai, hutan tempat mereka berkemah.

8.5/10 karena akhir cerita yang menyebalkan. Terlepas dari itu, film ini bagus banget sih menurut saya. Masuk dalam daftar wajib tonton kalau kalian suka suka tema boyslove.

Dan, kalau kalian suka bromance friendship-relationship yang abu-abu seperti ini mungkin kalian juga akan suka dengan "Handsome Devil". Sebuah drama Irlandia tentang bagaimana harus menanggung identitas sebagai gay di tengah-tengah all-boys boarding school yang terobsesi dengan olahraga rugbi dan toxic masculinity.

 Review Film: Handsome Devil (2016)






Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer