Behind The Making: "Lenggara"





Halo manteman, sesuai dengan wacana saya di Akhir Kata-nya "Lenggara" kemarin, ini dia catatan penulisan soal cerita ini. Saya sarankan sih baca ini setelah kalian selesai baca "Lenggara" ya. Kalau kebetulan ada yang nyasar ke sini dan belum pernah baca bisa mampir di sini heheh, itu original fiction saya di Wattpad yang bertema boyslove (((tentu saja))). Dan di postingan ini saya akan sharing hal-hal di balik layar dan hal-hal yang mengisi note hape saya terkait cerita tersebut.

Now, let's get into it.



1) Inspirasi dan Konsep Awal

Cerita ini dibuat karena waktu itu saya sedang demen-demennya baca beberapa BL/bromance manga yang latarnya di rural area Jepang. Pemandangan laut dan awan-awan kapas. Sunshine ray. Biru langit. Biru langit. Biru langit. Kemudian kisah slice of life sederhana dengan romansa setipis tisu dibagi tujuh (pinjam istilah dari komen salah satu pembaca saya hahah) yang benar-benar berpusat pada internal dua tokohnya. 

Saya bahkan otomatis membuat moodboard di kepala saya untuk menggambarkan vibe yang ingin saya sajikan di cerita ini. Setelah saya coba susun lebih rapi kurang lebih begini:



Ea.

Apalagi kebetulan saya pernah tinggal selama kurang lebih setengah tahun di kota pinggir pantai di Sulawesi, jadilah saya semakin semangat mengingat-ingat sambil pengen vibing ala-ala musim panas begituan. 

Kemudian kenapa latar waktunya mengambil saat pandemi? 

Karena ya, saat pandemi kehidupan rasanya juga jadi serba lambat dan mangkrak (karena kebanyakan ngedekam di rumah) sehingga cocok dengan konsep slow-living yang ingin saya hadirkan (oke, cocoklogi banget ini). Sebagian alasannya lagi karena waktu pandemi kemarin saya punya sedikit cerita nyata yang bisa diadaptasi makanya jadilah saya ambil latar waktu di masa-masa suram itu.

Dan seperti yang sudah pernah saya bilang, mulanya premis cerita ini saya catat di hape untuk dijadikan CERPEN. Kalaupun bersambung, paling enggak isinya cuma 2-3 chapter. Tapi bisa-bisanya saya lupa di tengah jalan lmao. Saya baru sadar itu ketika menulis chapter lima terus bengong. Bingung mau dibawa ke mana. Terus baru teringat kalau kemarin kan! saya niatnya mau menge-set Hestu dan Yose itu sebagai tetangga (jadi mereka sudah saling mengenal sebelumnya) sehingga pengembangan hubungannya bisa lebih cepat. Pokoknya bisa dipadatkan jadi cerpen paling maksimal 10,000 kata lah. Sialnya hal ini tidak saya catatkan dengan detail di note, jadi ya gitu. Ujung-ujungnya lupa. Lupa. Lupa. (Kemudian nyanyi lagu Kuburan Band).

Untungnya sih saya tetap bisa menamatkan ini cerita meskipun harus ngalor-ngidul makan waktu dua setengah tahun. Ya, kayaknya kecepatan rata-rata saya menulis cerita itu memang 1 chapter/bulan dah hahaha (nangis). Tapi nggak apa-apa lah. Karena kalau kata dosen saya; karya yang baik itu bukan karya yang sempurna tapi karya yang selesai. Ihiw. 

((Sebuah dalil yang juga berlaku untuk pengerjaan skripsi, fyi)). 

Oke, lanjut.



2) Pengembangan Karakter

Biasanya saya sebisa mungkin mengusahakan untuk punya referensi satu atau dua (atau sepuluh /jk.) orang nyata yang bakal dimampetin ke dalam satu tokoh cerita saya. Dan kalau tidak nemu yang pas di sekitar saya, saya biasanya beralih melihat orang-orang atau tokoh-tokoh di media sosial. 

Cuma saya harus akui kalau di "Lenggara" saya tidak terlalu punya banyak referensi yang cukup solid untuk karakter-karakternya (jauh berbeda dengan "Snacking"). Paling di sini saya bahas tokoh-tokoh mayor-nya saja ya.


a) Hestu

Nama Hestu sendiri mulanya cuma berangkat dari Hestu, terinspirasi dari kata "Restu". Tapi kemudian saya cari-cari nama yang lebih panjang yang kira-kira cocok untuk nama lengkapnya dan wah kayaknya Pangestu oke juga. Meski kedengarannya kayak nama yang sangat bernuansa "Jawa" terlepas Hestu di dalam pikiran saya merupakan turunan Toraja (dari pihak Ibu). Dari pihak Bapak nggak tahu deh. Mungkin Mandar? Ehe, ngasal banget saya. 

Dia lahir tanggal 30 November 1994. Di awal-awal cerita dia berumur 26 tahun, di pertengahan sampai chapter 27.5 dia berusia 27 tahun dan di chapter terakhir dia 28 tahun. Jurusan kuliah: Teknik Kimia (padahal saya kebayangnya dia lulusan politeknik gitu tapi sepertinya di cerita sudah pernah terlanjur saya sebut S-1 dah apa ya, lupa). Angkatan kuliah: 2012. Love languange: quality time.

Watak Hestu yang paling saya garis-bawahi dalam catatan saya adalah dia teguh, berpendirian, dan berani terus terang. Jika A maka A, jika B maka B. Simpel, straight-forward, kadang sinis. Dia juga cukup apatis terhadap pendapat orang lain dan punya nilai-nilai sendiri yang dia pegang erat---yang kadang kalau nilai-nilai ini di-challenge sama orang lain, bisa berujung berantem dah. Makanya ketika dia terombang-ambing dalam perasaannya terhadap Yose, sebetulnya dia lebih banyak memikirkan sisi dari dirinya sendiri daripada tentang bagaimana tanggapan orang-orang di sekitarnya. Hestu sangat pusing dengan ketidakpastian dan dia cukup membenci fase itu. Apalagi karena dalam kasus tersebut, sumber ketidakpastiannya adalah dirinya sendiri (ngakak). Jadi dia tidak suka.

Hestu juga sayang banget sama Astia sebetulnya dan udah dianggapnya kayak adiknya sendiri. Kadang-kadang malah dia lebih sering curhat sama Astia (dengan narasi yang lebih disederhanakan, tentu saja), daripada dengan Danu. Dan dia sebal sama Boba Anton karena menurutnya itu minuman bubuknya tidak berkualitas tapi overpriced, dan makin gondok karena sialnya itu bisnis terus berkembang. Ya, singkatnya dia memang sirik aja sih hahah.

Kalau kalian perhatikan, Hestu punya semacam "ketidaksukaan" samar terhadap orang-orang bisnis, sales, ataupun marketing. Dalam catatan saya sih, karena dia menganggap mereka kebanyakan menjual gimmick, bermanis-manis di depan konsumen dengan manner yang know-it-all padahal sebenarnya hanya mengatakan hal-hal basic atau malah menjebak. (Dan pola pikir ini ada referensi orang nyata-nya gais hahah, so no offense to the people on the related field). Selain Boba Anton, silakan perhatikan saja bagaimana paradigma Hestu terhadap sales F-Nutrition atau bahkan divisi bisnis-marketing di kantornya sendiri.

Adapun pekerjaan Hestu saat jadi staf purifikasi itu bereferensi dari rekanan saya saat pernah magang di sebuah start-up kecil yang memproduksi produk-produk kebersihan. Tapi ya, teman saya itu jurusan kimia murni sih heheh.

Secara fisik, tinggi Hestu 170 cm. Rambut sedikit panjang dan cenderung berantakan, ikal. Ini character board-nya supaya bisa kebayang lebih jelas:



b) Yose

Andre Yose Alwaru sebenarnya adalah versi peng-indonesiaan dari nama Andrés Jose Alvaro. Saya terkadang memang jadi mencari nama barat untuk "dinaturalisasi" ke bahasa Indonesia kalau sudah kehabisan inspirasi nama lokal. Makanya saya juga jadi sekalian kepikir buat bikin Hestu menyebut nama Yose pakai silent J-nya orang Spanyol, jadi Hose. Semacam kayak jalapeno yang dibaca halapenyo, dsb. Dia lahir tanggal 22 Mei 1987. Berumur 34 di awal cerita dan 35 di akhir cerita. Jurusan kuliah: Teknik Mesin. Angkatan kuliah: 2005, Lulus 2010. Love language: giving gifts.

Jujur, saya sangat kesulitan untuk membangun karakter Yose karena usianya jauh di atas saya. Dan saya tidak kunjung menemukan referensi orang nyata dengan usia (dan watak) yang saya kira cocok di kehidupan sekitar saya sehingga saya kebanyakan mengandalkan google-searching dan membaca tulisan-tulisan isi pikiran bijaksana dari mas-mas Quora random (nanges) yang umur-nya di kisaran Yose. Oke? Yah, gitu deh. Deal with it, dear reader hahaha.

Saya berujung membuat karakter Yose punya sisi feminin yang lebih dominan (nurturing, dsb), lebih banyak berpikir (pertimbangan) sebelum bertindak, pasifis, mendahulukan kepentingan orang lain, mengalah, lembut (cuma ke Hestu //g.), sabar, dan sangat introspektif terhadap dirinya. Udah nyaris kayak santo dah, mana lagi dia menganut filosofi stoikisme (haha). Cuma di sisi lain, hal-hal ini membuat dia jadi agak seperti pasif-agresif, bisa jadi dianggap kurang tegas, dan cenderung tidak berani mengambil risiko.

Soal orientasi seksual, di catatan saya sih Yose ini sebenarnya memang homoseksual. Cuma dia berakhir bisa tertarik secara romantis ke perempuan juga karena ya memang tumbuh di lingkungan yang mengekspektasikan dia untuk berpasangan dengan perempuan.

Dia manajer teknik, mulanya berangkat dari teknisi turbin uap, tapi sampai sekarang juga masih suka harus turun ke lapangan kalau supervisor mereka tidak bisa menyelesaikan problem di sana. Turbin uap ini berfungsi sebagai pembangkit listrik yang banyak dipakai di kebun-kebun sawit. Pekerjaan dia ini sejujurnya bereferensi dari kerjaan bapak saya. Kebetulan saya dulu juga sempat disuruh bantuin beliau bikin-bikin file presentasi ke perusahaan kliennya (maklum, blio ini rada gaptek sama teknologi digital) jadi sekaligus saya tanya-tanya lah (pura-pura kepo) soal contoh-contoh problem yang sering muncul di turbin uap dan saya kupingin terus beliau setiap kali ada telepon dari kantor. Semua demi referensi penulisan cerita homo lol. Astaga, sampai sekarang juga foto-foto alternator terbakar dia masih ada di laptop saya.

Secara fisik, Yose punya tinggi badan sekitar 175 cm. Kulit lebih putih daripada Hestu. Rambut dipotong pendek praktis rada spiky. Kalau masalah kesukuan, saya nggak ada kebayang yang spesifik sih. Paling udah campur-campur dia, soalnya lahir dan besar di ibukota (Jakarta) juga. 







c) Astia

Astia---awalnya harusnya ASTUTI HAHAH. Anak tauke jagung nih. Daddy's girl yang mulutnya sangat witty. Sayangnya saya belum nemu padanan kata "witty" yang pas dalam bahasa Indonesia. (Atau ada yang tahu? Kalau ada, boleh komen di bawah.) Mungkin karena kebanyakan gaul sama Hestu juga makanya gadis cilik ini jadi suka frontal. Suka bolos, tapi bijak dia ini. Street smart. Suka minum boba. Dan pemes satu kelurahan hahah. Kerjaannya kalau bukan nongkrong bareng gengnya ya pacaran wkwkw. Sering putus-nyambung seminggu-dua minggu seperti anak SMP pada umumnya (eh, anak SMP sekarang masih kayak begitu kan? Apa kulturnya udah berubah?).

Ya, intinya Astia di cerita ini sekitar kelas satu atau dua SMP gitu. Dia suka makan makanan manis dan beli barang-barang girly yang lucu tapi sebenarnya tidak begitu fungsional. Tapi siapa peduli kan? Yang penting lucu. Gemas aja gitu pengen dibawa pulang (kata Astia). Dia ini tipe orang yang kalau dibawa ke toko-toko semacam KKV, Miniso, Stroberi, dsb pasti bakal kalap belanja barang-barang yang sebenarnya tidak dia butuhkan. Tapi dia kaya sih, jadi bebas (sigh in poverty). Terus saya kebayangnya Astia itu juga suka pakai perhiasan manik-manik gitu. (Dan sering berujung disita sama Guru BP haha).

Bapaknya Astia sedikit terinspirasi dari bapak kontrakan saya ketika di Sulawesi dulu. Setiap pagi pasti nyiramin dua mobilnya sampai licin, entah OCD atau gimana. Tapi dia banyak membantu Hestu untuk dapat penghasilan sampingan dan memang suka merekrut orang-orang yang dia kenal kalau untuk melakukan pekerjaan kasar bagi propertinya.




3) Pengembangan Alur

I am really lacking in this departement. Straight up no plot, to be honest. Atau mungkin lebih tepatnya, konflik awalnya bukan tipe yang bisa dibawa untuk cerita sepanjang novel. Karena (lagi-lagi) konsep awalnya juga harusnya berbentuk cerpen. Apalagi karena memang cerita ini murni berangkat dari peng-suasana-an dan bukan konflik. Kalau dilihat secara keseluruhan, ya, saya cuma bisa bilang alurnya berpusat pada perkembangan dinamika hubungan antara Yose dan Hestu. Maka mari kita bahas itu saja ya.

Selain menulis karakter Yose, perjalanan hubungan Yose dan Hestu adalah hal selanjutnya yang---sumpah---paling susah untuk saya eksekusi. Karena target saya happy-endingKalau tadinya sad-ending mungkin saya sudah sat-set-sat, selesai, natural. Masalahnya saya ingin happy-ending (jelas) dan saya ingin alurnya senatural mungkin. Se-organik mungkin. Se-ramah lingkungan mungkin. SE-SDGs MUNGKIN. Oke, cukup.

Jadi saya bolak-balik berputar, berputar. Ngalor-ngidul, hahah. Mencoba merangkai alur ketertarikan Hestu yang bermula dari rasa nyaman dan saling mengandalkan (etdah) kemudian ini, kemudian itu. Dan saya selalu berpikir kalau perasaan platonik dan romantik itu akan sangat sulit untuk dibedakan, apalagi dalam kasus yang mana dialami terhadap sesama jenis oleh orang heteroromantik.

Dan makin banyaklah PR saya.

Maka untuk mempermudah diri sendiri, saya membuat Yose memang punya tendensi homoseksual. Jadi hanya Hestu yang murni straight (awalnya). Dan karena perbedaan ini, saya merasa harus membangun koneksi emosional yang kuat lebih dulu buat mereka. Karena saya pikir ya, Yose jelas bisa mengembangkan rasa suka lebih cepat terhadap Hestu (yang bahkan mungkin bisa berangkat dari ketertarikan fisik), tapi Hestu? Bakal sulit mengingat latar belakang dia juga. Makanya saya coba sebisa mungkin bikin pondasi platonik yang oke dulu buat mereka sebelum perlahan bertransisi jadi romantis, dan akhirnya seksual.

Percayalah teman-teman, saya juga pengen langsung bikin Yose dan Hestu cipokan dashyat sedot-sedotan bibir sampai dower, tapi bagaimana ya? Tidak mungkin juga kan saya sekonyong-konyong mengebom adegan seperti itu tanpa membangun reasoning, motivasi tokoh, dan atmosfer yang jelas terlebih dulu. (Dan juga, balik ke moodboard lagi tentang vibe yang ingin saya hadirkan).

Atauuu, ya mungkin saja sih. Tapi kalian kemungkinan tidak akan merasakan apa-apa (selain kaget). Lalu joget.

(Padahal mah aslinya memang tiba-tiba mengebom adegan kayak gitu di chapter 23 HAHAH).

Tapi ini juga paling cuma bias preferensi pribadi saya saja sih. Tentu nggak harus selalu begitu urutannya kan. Kalau ada yang mau kasih kritik terkait perkembangan hubungan mereka ini (apalagi kalau kalian punya pengalaman nyata yang bisa jadi perbandingan) boleh banget bombardir saya di kolom komentar, serius.

Teruus kesulitan yang lain nih, di chapter-chapter awal kalian merasa nggak kalau interaksi Yose dan Hestu itu canggung banget? Karena saya sendiri memang kagok waktu menulisnya. Bingung ini si Hestu manggil Yose gimana ya? Bagaimana kira-kira warna interaksi yang natural? Apa saja isi obrolan mereka? Bagaimana cara pikir umumnya laki-laki di usia mereka? Mana lagi saya nggak ada bikin mereka punya common interest. Mungkin sama-sama suka kelayapan kali ya common interest-nya hahah. Latar belakang profesi mereka berdua juga susah untuk dikait-kaitkan. 

Untungnya seiring waktu saya bisa beradaptasi dan ngalir aja bersama mereka berdua. Dan mulai dari chapter belasan gitu, terutama setelah Yose berniat untuk confess, saya malah semakin kesemsem sendiri sama Hestu mereka dan lebih gampang vibing ke cerita. Hal itu juga membuat saya jadi semakin gampang mengikuti semacam guide yang sudah saya bikin sebelumnya:




Ngakak. 

Jadi percayalah ges, penulisnya juga geregetan sendiri di Word. 

Nggak tahu apakah semua poin-poin tersebut sudah tertunaikan di cerita, tapi ya sebagian besarnya sepertinya sudah. Dan barangkali ada juga hal-hal yang tidak tertulis di situ, seperti misalnya Yose dan Hestu saling memengaruhi karakter satu sama lain. Saya nggak yakin apakah sudah membuat ini cukup kentara, tapi ya Hestu jadi lebih bisa berpikir dengan kepala dingin setelah berteman dengan Yose dan sebaliknya Yose jadi lebih percaya diri begitu lah (cie). Mereka juga punya mutual respect dsb, dsb.

Sempat kepikiran juga ini saya nulis hampir tiga puluhan chapter cuma buat mengulik dinamik mereka secara platonik-romantis, apa selanjutnya saya ulik juga dinamik mereka secara romantis-seksual dalam tiga puluh chapter? Hahaha, what a thought.

Soalnya saya sempat iseng nonton video beginian di YouTube:





[Exactly. 

Just what am I doing with my life.] 

Can't even wrap my head around what dude is talking about, especially in the second video. Just watched half through it and then okay I am not getting this J0hn.

Oke, sebenarnya nangkap sedikit-sedikit sih. Itu video yang bagus juga. Cuma salah satu yang paling saya tangkap adalah laki-laki lebih cepat mengembangkan kontak fisik dalam hubungan dan itu yang sepertinya selalu paling gagal saya representasikan di setiap cerita. Tapi ya, bisa jadi balik juga ke pribadi orang masing-masing sih (alibi).

Dan video itu juga lebih membicarakan spesifik soal laki-laki hetero terhadap perempuan, bukan laki-laki hetero terhadap laki-laki homo, jadi yah. Barangkali kebetulan ada pembaca laki-laki di sini, boleh banget kasih penjelasan yang mungkin lebih akurat juga soal hal ini di komentar heheh.

Satu lagi, saya mulanya berencana untuk membuat Hestu berujung kerja di kantor Yose, supaya mereka bisa lebih intens lagi ketemunya dan bisa terbelit konflik yang lebih lagi. Saya bahkan udah merangkai semua alasan dan sebab-akibat bagaimana Hestu akan berakhir bekerja di Trisinergi, hanya untuk ujung-ujungnya mengubah plotnya (dor). Karena setelah saya pikir-pikir ulang, entah kenapa saya tidak nyaman membayangkan kondisi di mana Hestu seolah-olah akan sangat bergantung pada Yose, jadi saya cut rencana tersebut begitu saja. Tapi sampai sekarang hal itu jadi bikin saya kepikiran alias plot di mana mereka kerja satu perusahaan masih terus hidup sebagai alternative universe pikiran saya lmao.



4) Trisinergi dan Aesthetic Boba

Sampai punya segmen ulasan sendiri nih dua perusahaan yang sering disebut-sebut di "Lenggara". Tapi saya cuma mau kasih catatan kilat saja sih sih terkait keduanya.

Sedikit ingin meluruskan, Trisinergi itu perusahaan yang baru dirintis. Yose hitungannya masih lebih kaya ketika dia masih kerja di perusahaan multinasional sebelumnya daripada ketika dia sama dua temannya mengurusi Trisinergi (untuk saat ini). Trisinergi usianya masih empat tahun mana tiba-tiba dihajar pandemi. Jadi kebayang lah ya. Kecuali kalau di masa depan nanti ini perusahaan berkembang jadi gurita macam Astra, ya itu cerita lain. 

Anyway, saya sempat bikin coretan kecil juga soal struktur mereka (yang ternyata ujung-ujungnya nggak terlalu kepake). Tapi nggak apa-apa lah, lumayan membantu juga untuk konsistensi di cerita.





Itu persenan kasarnya sebelum di-update wkwk. Cuma ya saya kebayangnya Trisinergi punya anggota paling banyak sekitar 40 orang, jadi mungkin hitungannya perusahaan menengah (setidaknya dari segi jumlah pegawai) dan sedang dalam masa-masa dikembangkan. Juga, saya sebenarnya nggak tahu apakah perusahaan semacam ini bisa ideal untuk ikut pendanaan macam start-up karena kebanyakan kayaknya dijalankannya sebagai perusahaan konvensional.

Selanjutnya, tentang Aesthetic Boba (yang nggak pernah mau disebut Hestu dengan brand aslinya, maka mari sebut Boba Anton saja). Jadi, perkembangan Boba Anton ini terinspirasi dari bisnis roti di serial HBO Rome, namanya The Guild of Millers, yang jadi detail lucu aja di latar belakang karena ini bisnis mulanya cuma dari warung doang tapi di sepanjang serial terus nanjak sampai kemudian punya pabrik sendiri hahaha. The Guild of Millers only uses the finest grains! True Roman bread for true Romans! (yang pernah nonton pasti langsung flashback. Terus nyesek lagi karena series-nya didrop sama HBO). 



Jadi mari dukung Aesthetic Boba sampai jadi franchise yang ada di setiap kelurahan (didamprat Hestu).



5) Latar Tempat dan Berbagai Referensi Lain

Mungkin ini akan jadi bagian yang paling menarik dalam postingan ini. Karena sejujurnya latar tempat tinggal Hestu bereferensi dari Kota Mamuju di Sulawesi Barat yang saya romantisasi habis-habisan hahah (tiba-tiba gumoh bayangin biaya pengiriman motor Hestu). Makanya saya juga seringnya nggak mention secara terang-terangan nama-nama tempat (biasanya disamarkan atau dibikin anagram) karena saya suka mengganti detail dan menyesuaikannya dengan kebutuhan cerita.

Tapi menurut saya sendiri kota ini memang cukup mewakili vibes di "Lenggara" kok. Cuma sayangnya kemarin waktu saya sempat tinggal di sana itu, Mamuju habis dihantam gempa di Januari 2021 jadi kotanya masih dalam proses pemulihan dan banyak bangunan yang masih kelihatan berantakan.

Ini catatan tentang berbagai referensi yang saya gunakan:






(Itu ada spoiler dikit soal rencana bonus chapter-nya haha).




6) Bonus Playlist

Sebenarnya banyak lagu-lagu yang saya dengarkan untuk membangun mood buat menulis "Lenggara" tapi mungkin daftar ini yang paling representatif:




Hampir semua lagu-lagu Anthony Watts cocok secara nuansa musik sebetulnya, tapi itu saya sortir lagi ke yang liriknya juga benar-benar ngena. Barangkali kalian mau coba dengarin juga demi peng-suasana-an, ehe. Itu kalau disimak isinya orang hopelessly in love semua kayaknya.


Oke deh sekian sepertinya. Lumayan juga saya ngebacot di sini. Intinya, I had so much fun writing them and I can only hope you enjoy the reading as much. Terima kasih sudah mengikuti "Lenggara" dan menyimak catatan ini. See ya!









Komentar

  1. pantes sejatuh cinta ini sama lenggara ☝🏻 ternyata memang ceritanya dan pembuatannya yang gokil, mana kayak nyata banget lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you udah baca catatan ini, senang banget tahu mereka bisa kerasa senyata itu di kamu, memang cari referensi dari rl itu sangat membantu sih asli

      Hapus
  2. Aku pikir lenggara settingnya di sumatera wkwkwkekw ternyata sulawesii

    Dan thank you untuk detail chara yose dan hestu yg sangat sangat sangat jelas. Tbh aku baca lenggara, baper sama mereka tanpa ada bayangan mereka ni rupanya kayak apa wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah makanya aku juga baru ngeh kayaknya kurang nge-mention karakteristik fisik mereka, jadi aku bikin di sini aja sebagai gantinya ((sampe dibikinin boardnya wkwk))

      Hapus
  3. Jujur, dari awal baca lenggara (tmi udah ngikutin dari zaman snacking masih update 2 minggu sekali) aku bener2 ngebayangin kota hestu itu ya sulawei. Kykk dari akronim2 nya awam bngt kalau kota itu di pulau sumatera. Alurnya yg nyata banget terus pembawaan cerita yg benar santai aku suka banget karna udah jarang yg buat cerita yg kyk gini. Keep up the good work kaakk, i wait for your next new story lain nya wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. sulawesi bgt ye kann, hampir semua ibukotanya langsung ngadep pantai, apalagi morowali yg namanya cuma beda tipis bgt itu giveaway sih hint-nya (btw jangan2 kamu orang sulawesi ya? wkwk), thank you udah sabar ngikutin lenggara dari jaman sneking masih berjaya ((itu apdet 2 minggu sekali udah termasuk cepet ye 😂😂😂)) aku juga senang nulis lenggara yg nyantuy2 ini, tp work selanjutnya rencananya akan beda tema lagi ihiy

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer